Di sudut terpencil Aceh, para pelajar Pondok Pesantren Baitussalam (Pesantren Baitussalam) bersemangat menempuh jalan yang mulia iaitu menghafal kalimah Allah. Setiap hari mereka duduk bersila, mengulang-ulang ayat demi ayat, mengharapkan suatu hari nanti menjadi penjaga al-Quran yang akan memberi syafaat kepada mereka pada hari kiamat. Namun, di sebalik bacaan indah ayat-ayat suci ini terdapat perjuangan sukar yang tidak diketahui ramai orang.

Pelajar-pelajar ini adalah anak-anak keluarga yang sederhana yang kebanyakannya berasal dari golongan miskin. Keterbatasan ekonomi sering memaksa mereka untuk berjimat cermat. Roti harian mereka, yang menyara mereka, kadang kala disertai dengan hanya beberapa lauk. Bekalan beras di dapur pondok pesantren sering kehabisan sebelum akhir bulan.

"Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, maka pahalanya untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu menafkahkan melainkan mencari keredhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan disempurnakan pahalamu, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun." (QS. Al-Baqarah: 272)

Bayangkan, dari mulut-mulut kecil itu ayat-ayat Allah terus mengalir. Setiap huruf yang mereka baca dan hafal akan menjadi ganjaran yang tidak berkesudahan, juga bagi mereka yang menyara kehidupan mereka. 

Saudaraku, ini adalah peluang keemasan untuk kita mengambil bahagian. Satu guni beras yang kami berikan dapat memberi tenaga kepada para pelajar untuk terus mengaji dan menjaga ayat-ayat Allah. Setiap suap nasi yang mereka makan akan menjadi aliran sedekah yang abadi.

Jom ringankan beban mereka. Sama-samalah kita menyokong perjuangan para wali al-Quran dengan memberikan mereka beras yang terbaik dari rezeki yang Allah amanahkan. Insyaallah setiap butir nasi yang kita berikan akan menjadi cahaya dunia dan akhirat.

Jom #BuatBaik!